SIFAT INDIVIDUALIS DI KALANGAN MASYARAKAT
1.1 LATAR BELAKANG
Kita sangat mengenal Ciri khas yang dimilki bangsa Indonesia salah
satunya adalah gotong royong, namun hal tersebut berubah begitu saja ketika kita
mengetahui bahwa modernisasi dan globalisasi pada saat ini melahirkan corak
kehidupan yang sangat kompleks, hal ini seharusnya jangan sampai membuat bangsa
Indonesia kehilangan kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya.
Akan tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak mau kepribadian
tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan asing yang lebih mementingkan
individualisme.
Dalam kehidupan ekonomi misalnya, yang semula bangsa Indonesia
berdasarkan pertanian, setelah masuknya masa industrialisasi, semangat gotong
royong masayarakat berkurang, hal ini disebabkan karena masyarakat sekarang
cenderung besifat individualistis, sehingga ada anggapan umum ” hidup bebas
asal tidak mengganggu kehidupan orang lain”.
Contoh lain misalnya, beberapa tahun yang lalu, sekitar awal tahun
2000-an, kita masih bisa melihat masayarakat pedesaan mempertahankan gotong
royong, setidaknya tiga bulan sekali, namun seiring berjalannya waktu, dan
masuknya budaya barat yang lebih mendorong masyarakat berkeinginan untuk
ketidakmauan meninggalkan masalah perekonomian setelah masuknya masa
industrialisasi, serta kesibukkan masyarakat dengan menomorsatukan kepentingan
pribadinya, lambat laun budaya gotong royong akan menipis.
Perhatikan masa sekarang ini, kita sudah jarang menemukan masyarakat yang
mau bergotong royong, mungkin masih ada dibeberapa daerah yang masih dapat
mempertahankan budaya gotong royong, tapi sebagian besar masyarakat Indonesia
sudah menjadi masyarakat yang individualis, dan kemungkinan besar beberapa
tahun yang akan datang, tradisi gotong royong akan punah dengan masuknya masa
yang lebih dari masa modernisasi dan globalisasi. Dan ada kemungkinan
tradisi/budaya Indonesa tertutup oleh budaya barat dan budaya asing lainnya.
Tradisi gotong royong yang menipis ini, terjadi karena avolusi yang
mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat terutama yang berhubfungan dengan
etos kerja masyarakat itu sendiri. Semua hal ini dapat mengurangi rasa
kabersamaan warga Indonesia.Karena semakin lunturnya kebersamaan dan makin
meningkatnya induvidualisme itu.
Maka dari itu sasaran utama penyusun menyusun makalah ini untuk mengajak
para pembaca agar membangun masyarakat demokratis dan membuat rakyat berani
mengambil langkah-langkah secara bermusyawarah tanpa ditangani secara
individual. Dalam rangka menuju penyelesaiannya, pemerintah harus memberi
partisipasi yang luas pada masyarakat yang ada di pedesaan maupun perkotaan.
Sehingga, masyarakat secara demokratis mengadakan ini-siasi, berkumpul, dan
bersilaturahmi dalam bentuk Posdaya.Dan hal ini dapat menimbulkan kembali
kebrsamaan ,kepedulian dengan bergotong royong dan mengindari dari sifat
individualis di lingkungan masyarakat dan Bernegara.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan penyusun bahasa dalam makalah ini
diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan individualis ?
2. Apa yang menjadi faktor masyarakat bersifat individualis?
3. Apa saja ciri- ciri masyarkat yang bersifat individualis ?
4. Apa bentuk permasalah sosial dengan munculnya sikap Individualis pada masyarakat disekitar lingkungan ?
5. Apa dampak negatif terhadap masayarakat yang bersifat Individualis?
6. Apa yang seharusnya kita lakukan apabila di lingkungan/wilayah anda terdapat
masyarakat yang bersifat individualis?
1. Apa yang dimaksud dengan individualis ?
2. Apa yang menjadi faktor masyarakat bersifat individualis?
3. Apa saja ciri- ciri masyarkat yang bersifat individualis ?
4. Apa bentuk permasalah sosial dengan munculnya sikap Individualis pada masyarakat disekitar lingkungan ?
5. Apa dampak negatif terhadap masayarakat yang bersifat Individualis?
6. Apa yang seharusnya kita lakukan apabila di lingkungan/wilayah anda terdapat
masyarakat yang bersifat individualis?
1.3 TUJUAN PENYUSUNAN MAKALAH
Di dalam penyusunan makalah yang penyusun susun selain bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas pendidikan kewarganegraan, penyusun bermaksud
untuk memberikan informasi kepada para pembaca tentang dampak yang ditimbulkan
jika sifat individualis masih melekat di lingkungan masyarakat sehingga
penyusun mengajak para pembaca untuk menanamkan sifat goton groyong sesama
manusia dalam hidup berbangsa dan bernegara. Selain itu memberikan solusi
bagaimana cara mengatasi jika sifat individualis benar- benar sudah melekat
pada masyarakat.
1.4 PEMBATASAN MASALAH
Adapun pembatasan masalah yang penyusun batasi di dalam
penyusunan makalah ini yaitu tentang Bagaimana cara mengatasi masyarakat yang
individualis di lingkungan masyarakat.
1.6 SISTEMATIKA PENYUSUNAN
a. Pendahuluan
b. Isi
c. penutup
2.1 Pengertian
Individualis
Individualis merupakan satu filsafah yang
mempunyai pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan
manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang
individualis akan melanjutkan percapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang
campur tangan dari pihak luar seperti masyarakat, negara dan segala badan atau
komunitas yang lain. Oleh karena itu, individualis menentang segala pendapat
yang meletakkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Falsafah ini juga
kurang senang pada segala standard moral yang dikenakan ke atas seseorang
karena peraturan-peraturan itu menghalang kebebasan seseorang. Manusia sebagai
makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk individual, maka terdapat perbedaan
antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan inilah yang
antara lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan
orang lain tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Hal ini sangat
tergantung bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya.
Pada kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan penyesuaian ditentukan
oleh persepsinya.
Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan
proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu.
Menurut Young (1956) : Persepsi merupakan
aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada
obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung
pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.
Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama dengan hal-hal yang
telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapan-harapan,nilai-nilai,
sikap, ingatan dan lain-lain.
Menurut Wagito (1981) : Menyatakan bahwa
persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses
terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Dalam ilmu sosial
individu merupakan bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat
dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Umpama keluarga sebagai kelompok
sosial yang terkecil terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah merupakan individu
yang sudah tidak dapat dibagi lagi, demikian pula Ibu. Anak masih dapat dibagi
sebab dalam suatu keluarga jumlah anak dapat lebih dari satu.
Teori individualisme dari Spencer :
Hubungan individu dan masyarakat berdasarkan kolektivisme. Menurut pandangan
kolektif masyarakat mempunyai realitas yang kuat. Segala sesuatu kepentingan
individu ditentukan oleh masyarakat. Masyarakat mengatur secara seragam untuk
kepentingan kolektif.
Konsep individualisme memiliki
pengertian (terms) ganda.
(1) Sebagai doktrin
yang berkaitan dengan liberalisme yang menekankan pada kemandirian (autonomy),
kepentingan (importance), dan kebebasan (freedom) individu dalam hubungan
dengan masyarakat dan negara.
(2) individualisme
juga dipahami sebagai budaya dalam masyarakat modern yang berkaitan dengan
kepemilikan pribadi (private property), konsumsi, dan subjektivitas.
Hubungan di antara individualisme dan egoisme telah menghasilkan satu perdebatan
yang hebat. Walaupun sesetengah individualis adalah juga egois, mereka tidak
menyatakan bahwa sifat mementingkan diri sendiri adalah sesuatu sifat yang
terpuji dengan sendirinya. Sebaliknya, mereka percaya yang seseorang
individualis tidak terikat kepada taat moral yang di pakai oleh masyarakat dan
individualis adalah bebas untuk mementingkan diri sendiri, hidup dengan altruisme atau apapun cara hidup yang mereka
gemar. Yang lain pula mengatakan bahwa individualisme tidak
mementingkan diri sendiri jika mereka tidak mengancam orang lain.
2.2 Faktor Timbulnya masyarakat bersifat Individual
Ø Orang yang cenderung individualis tidak
terbiasa dengan hal-hal yang ramai atau melibatkan banyak orang ( bergaul)
perlu adanya pendekatan yang lebih intensif.
Ø
Orang
yang individualis dan kaku sering merasa bahwa dirinya tidak dibutuhkan oleh
orang lain dan selalu mendapat respon yang berbeda dari lingkungannya sehingga
ia lebih nyaman untuk mengasingkan diri.
Ø
Orang
individualis terkadang muncul akibat krisis kepercayaan kepada oranglain,
sehingga selalu merasa apa yang dia lakukan selalu benar dan apa yang dilakukan
oranglain dianggap salah.
Ø
Kebanyakkan
orang individualis masih belum sadar tentang tidak pentingnya sikap individual
dan juga belum sadar bahwa mereka hidup ditengah-tengah komunitas sosial dan
tidak lain mereka adalah sebagai makhluk sosial (sosial animal) yang selalu
membutuhkan orang lain kapanpun dan dimanapun mereka berada
Seseorang yang individualis tidak dapat
melihat dan menilai segala apa yang ada disekitarnya, yang ada hanya bagaimana
dia melakukan segala aktivitasnya dengan baik dan selalu menjadi yang terbaik
tanpa orang lain. Pasa dasarnya, sikap individualis ini bisa muncul akibat
beberapa faktor yang mempengaruhi.
Ø
Faktor
lingkungan, lingkungan yang individu tempati menjadi salah satu konstribusi
munculnya sikap ini, lingkungan yang saling tertutup dan sedikitnya reaksi
sosial yang terjalin memberikan dampak buruk pada perkembangan seorang anak.
Ketika anak yang seharusnya diajarkan untuk saling berinteraksi kepada orang
lain namun pada keadaannya lingkungan tersebutu tidak mendukung adanya
interaksi, maka anak merasa baik-baik saja dan dapat melakukan segala sesuatu
tanpa adanya orang lain.
2.3 Ciri – ciri sikap dari masayarakat
yang bersifat individualis
Ø
Aggressor
(berbuat macam-macam), merendahkan status yang lain, menolak nilai, atau
perasaan yang lain. Menyerang kelompok atau masalah yang diatasinya, iri hati
pada kontribusi yang lain dan berupaya mengakui kontribusi itu untuk dirinya.
Ø
Blocker
(penghambat), cenderung bersifat negative dan secara kepala batu selalu
menolak, membantah, dan menentang tanpa alasan yang kuat dan berusaha untuk
mempertahankan atau membuka kembali persoalan yang sudah di tolak oleh
kelompok.
Ø
Recognition
Seeker (pencari muka), berusaha berbagai cara untuk menarik perhatian orang,
sering dengan cara membual, bertindak dengan cara yang tidak biasa, berjuang
untuk tidak di tempatkan pada posisi rendah.
Ø
Help
Seeker, berusaha untuk menarik simpati dari anggota kelompok yang lain atau
dari seluruh kelompok dengan mengungkapkan rasa tidak aman dan ketidaktahuan.
Ø
Dominator,
berusaha menegaskan otoritas atau superotoritasnya ketika mengendalikan kelompok atau anggota-anggota
tertentu. Dominasi ini dapat berupa kata-kata menjilat.
2.4 Bentuk permasalahan Sosial dengan
munculnya sikap
Individualis.
Ø
Prasangka
Sosial yang bersifat negative
Prasangka ini timbul karena
adanya perbedaan, dimana perbedaan ini menimbulkan
perasaan Superior antara satu individu dengan individu yang lain.
Individu atau elompok yang meliputi prasangka negatif memiliki sikap serta
pandangan yang tidak obyektif dan wajar, hal ini tentu saja merupakan
perkembangan kepribadian.
Ø
Jarak
Sosial (social distance)
Jika antara individu yang satu dengan yang
lain semakin bertentangan bahkan saling membenci maka akan menimbulkan semakin
jauhnya jarak sosial diantara mereka.
Ø
Egoistis
Individu akan menjadi lebih egois apabila
sikap individualisnya masih sangat kental atau masih melekat pada diri
seseorang.
2.5 Dampak negatif sikap Individualis
Ø kehilangan rasa solidaritas terhadap sesama,
Ø egoisme yang tak terbatas, terasingkan dalam
kehidupan sosial dan
Ø kesulitan dalam bersosialisasi.
Sikap dalam menghadapi individualis, kita
tidak boleh melupakan kodrat kita sebagai makhluk sosial yang mungkin
sewaktu-waktu kita pasti membutuhkan bantuan orang lain.Selain itu,
individualis tidak sesuai dengan ideologi Negara Indonesia yaitu pancasila.
2.6 Cara mengatasi masyarakat yang bersifat
individualis di sekitar lingkungan Masyarakat.
1. Setiap masyarakat pada umunya memiliki Karakter
yang berbeda- beda. Sehingga kemungkinan besar timbulnya sifat individualis di
Lingkungan Masyarakat sangat rentan. Olehkarena itu, Salah satu cara untuk
mengatasi supaya tidak terjdi hal tersebut maka yang seharusnya kita lakukan adalah membuat Prioritas
berdasarkan moral.
2. Gotong royong adalah fasilitas
yang dapat membersihkan masyarakat dari sifat Individualis, karena dengan
adanya kesadaran setiap elemen masyarakat melakukan setiap kegiatan dengan cara
bergotong royong apa yang kita kerjakan akan lebih mudah dan cepat diselesaikan.
Sehingga setiap individu dapat merasakan pentingnya bergotongroyong untuk
kepentingan bersama. Selain itu dengan meningkatkan sifat bergotong royong
dapat menumbuhkan persaudaraan atau silaturahmi masyarakat semakin erat.
3. Di Era globalisasi ini sifat Individualis sudah
banyak melekat pada masyarakat luas, hal ini terjadi karena kurangnya
kepedulian terhadap masyarakat yang satu dengan yang lainnya sehingga kurangnya
interaksi di setiap Individu. Oleh Karena itu agar masyarakat menyadari betapa
tidak pentingnya hidup egios. kita harus menyadarkan masyarakat dengan cara meningkatkan
rasa solidaritas/ kepedulian antar Individu salahsatunya yaitu berbagi
4. Menumbuhkan sifat Rela Berkorban. Hal ini dapat
menjalin interaksi dengan individu yang satu dengan yang lainnya.
5. Sebagai makhluk sosial yang
artinya Manusia tidak bisa Hidup Sendiri. Yang mana manusia harus
bersosialisasi dengan sesama. Jadi jika terdapat masyarakat yang individualis. Yang
seharusnya kita lakukan adalah meningkatkan Sosialisasi kepada masyarakat
tersebut. Hal itu dapat berjalan dengan baik,kalau kita menghargai kepentingan
sesama dibandingkan kepentingan individual. Hal ini sesuai dengan C ke 3 dari
3C yaitu COMPASSION.Compassion merupakan hal yang penting dalam menjalin
kehidupan kita bersama dengan orang lain. Karena jika mayarakat individualistis
terlalu berlebihan, maka hidup tidak akan tentram. Yang terpenting adalah kita harus menyikapi
hidup kita sebaik-baiknya dengan berbagai macan situasi dan kondisi sehingga
kita dapat menjadi orang sukses tanpa mencelakakan orang lain
6. Kewajiban perhatian
kepada orang lain dan tanggung jawab akan jauh lebih menguntungkan untuk
menghindari rasa individualisme yang egois dan hanya memikirkan hak-hak
pribadi. Meskipun kadang-kadang kita berpikir "untuk apa saya membantunya?
tetapi, dengan uluran tangan baik yang kecil maupun yang tidak kecil kepada
orang lain, maka kita akan perlahan-lahan menghancurkan individualisme yang
bersarang dalam hati kita. Dengan itu, hubungan kita dengan lingkungan
masyarakat sekitar kita menjadi lebih baik.
7. Meski sulit untuk memberi
tanggung jawab terhadap suatu hal dan mudah untuk memperoleh dan
mengimplementasikan hak-hak dalam kehidupan, kita harus terus mencoba dan
berusaha mempertanggungjawabkan hak yang telah kita terima dan menggunakan hak itu
secara baik, terutama untuk membantu orang lain agar tetap menjadi homo
socialis(makhluk sosial) bukannya menjadi homo individualis.
8. Sikap individual ini perlu kita singkirkan,kita
tidak lebih mementingkan hak-hak kita daripada tanggung jawab kita, seharusnya
hak dan tanggung jawab yang ada pada diri kita seimbang,untuk itulah kita
memerlukan dan kemudian menumbuhkan sikap kebersamaan. Karena Tanpa adanya
sikap kebersamaan dalam diri kita, hidup kita akan rusak,tidak ada orang yang
akan memperdulikan kita dan mungkin kita dijauhkan oleh semua orang karena kita
terlalu bersikap individual dan tidak mementingkan kepentingan orang lain.
Dengan adanya sikap kebersamaan dan seimbangnya hak & tanggung jawab, hidup
kita akan lebih baik.
9. Dengan
peduli dan mau bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah yang timbul di
lingkungan masyarakat dan kemudian masyarakat terlibat langsung di dalamnya.
Hal ini bisa meningkatkan solidaritas dan interaksi tibal balik dari masyarakat
tersebut sampai menemukan solusinya sudah menunjukan bahwa kegiatan tersbut
dapat membantu masyarakat terbebas dari sifat Individualis. Tunjukkan
eksistensi diri kita melalui perbuatan-perbuatan positif dan bertanggung jawab
di kehidupan sehari-hari. Hak diri kita memang perlu untuk kita terima, tetapi
jangan sampai kita terpaku hanya pada hak itu dan melupakan tanggung jawab
kita. Sikap individualis penting bagi seorang pemimpin, tetapi akan lebih baik
jika sikap itu diambil hanya pada saat dimana musyawarah tidak dapat tercapai
dan diperlukan
10. Masyarakat cenderung ingin menghindari tanggung
jawab dengan cara membebankan tanggung jawab tersebut pada orang lain. Sehingga
yang perlu kita lakukan adalah menyadarkan bahwa sebenarnya tanggung jawab
pribadi memang harus ditanggung sendiri dan jangan membebankan orang lain.
Karena dengan membebankan orang lain dengan apa yang seharusnya menjadi
tanggung jawab kita akan mempersulit orang lain.
11. Kita dapat mengatasi rasa individualisme ini
dengan semangat Kanisian yaitu 3C (Competence, Conscience, and Compassion).
Dengan semangat ini, kita akan lebih peduli dengan masyarakat lain dan juga
kita mulai dapat bertanggung jawab. Dalam hal Competence, kita dituntut untuk
dapat menyalurkan kemampuan otak (intelejensi) kita kepada masyarakat yang kesulitan
dalam hal ini. Kedua, dalam Conscience, kita dituntut untuk bertindak sesuai
hati nurani. Di sini kita dilatih untuk dapat mendengarkan suara hati kita dan
bertanggung jawab. Misalnya, kita berada dalam situasi dimana kita harus
memilih 1 opsi di antara 2 opsi. Saat kita menentukan mana opsi yang kita pikir
benar maka kita harus bersedia menerima apapun konsekuensi atau risikonya.
Dengan hal inilah, kita dapat membuktikan apakah diri kita sudah dapat
dikatakan bertanggung jawab atau tidak. Dan untuk yang terakhir, Compassion.
Dari sikap ini kita dituntut untuk peduli pada sesama.
12. Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan untuk
lepas dari sikap individualisme??? Pertama, kita harus membiasakan diri lebih
mengedepankan kepentingan bersama dari hal yang kecil. Contohnya dalam kerja
kelompok, berlatih basket, mengikuti ekstrakurikuler, membantu teman yang tidak
membawa alat tulis, berbagi, gotong royong, musyawarah dan lain sebagainya. Kalau
kita mempunyai hubungan yang baik dengan seseorang atau dalam organisasi.
biasanya orang tersebut akan mengikuti anjuran kita untuk berbuat sesuatu.
13. Dengan menanamkan kesadaran dan motivasi pada
individu sehingga individu akan berubah dengan kesadaran dirinya.
3.1 KESIMPULAN
Sifat
Individualis merupakan sifat yang tetap mempertahankan kepribadian dan
kebebasan diri sendiri atau disebut dengan egois. Lingkungan yang saling
tertutup merupakan salah satu factor timbulnya masyarakat yang individual.
Musnculnya masyarakat yang individualis terjadi karena masyarakat cenderung
tidak terbiasa dengan hal- hal yang ramai, selalu mendapat respon yang berbeda
dari lingkunnganya sehingga ia lebih nyaman untuk mengasingkan diri. Adapun
ciri-ciri masyarakat yang individualis yaitu : Aggressor, Blocker, Recognition
Seeker, Help Seeker, dominator. Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya
Prasangka Sosial yang bersifat negative, jarak sosial dan egoistis. Dan
menimbulkan dampak negatif dalam kehidupan bermasyarakat. Salahsatunya
yaitu kehilangan rasa solidaritas
terhadap sesama. Salahsatu Untuk mengatasi timbulnya sifat individualis
khususnya di lingkungan masyarakat yaitu dengan cara meningkatkan rasa peduli
antar sesama dan mau bermusyawarah sehingga terjadi interaksi yang lambat laun
akan timbul kebersamaan dan jadilah masyarakat sosial.
3.2 SARAN
Saran
penyusun kepada masyarakat adalah Ciptakan rasa sosial dilingkungan masyarakat
yang sehat untuk meningkatkan keefektivitasan kinerja masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P. Perilaku
Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal. 174-184.
Attribution in Social
Interaction," Attribution, Morristown, NJ: General Learning Press, 1972,
hal. 7-1
Sutarto. 2002. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta : Gajah Mada.
Thanks infonya, menarik banget. Oiya ngomongin individualisme, tahu ga sih temen-temen kalo sifat tersebut katanya bisa buat orang jadi sukses? Selengkapnya bisa temen-temen cek di sini: Sifat individualis buat orang sukses
BalasHapus